OPINI: Kuota Haji: Ketika Surga Dijaga oleh Pedagang Tiket
Oleh: Lalu Habibburrahman
Direktur Forum Peduli pembangunan dan Pelayanan Publik (FP4) NTB
Di tanah yang semestinya harum oleh doa dan zikir, kini tercium aroma busuk dari bilik kekuasaan. Kanwil Kemenag NTB, yang seharusnya menjadi pintu gerbang menuju Baitullah, malah berubah menjadi loket gelap tempat kuota haji dijual seperti tiket konser elite.
Para calon jamaah yang telah mengumpulkan harapan dalam celengan sabar selama puluhan tahun, dipaksa menelan kenyataan getir. Nama mereka menguap dari daftar, seperti kabut pagi yang hilang sebelum matahari naik. Mereka yang telah bersujud syukur, kini bersujud pilu. Kursi mereka, yang mestinya menjadi saksi perjalanan suci, digeser secara halus oleh mahluk tak kasat mata, bukan oleh takdir, tetapi oleh tangan-tangan lihai yang bermain di balik lorong gelap birokrasi.
Dan siapa yang duduk di kursi itu? Bukan mereka yang menangis dalam tahajud panjang, tetapi mereka yang tertawa di ruang-ruang ber-AC birokrasi. Seperti anggota dewan, istri pejabat, kepala daerah, Petugas dadakan, penyerta titipan, dan para pengelana haji berkali-kali yang lebih mengenal hotel Makkah daripada mengenal makna pengorbanan.
Diduga Kemenag NTB, yang seharusnya menjadi penjaga jembatan spiritual umat, kini seperti mercusuar yang padam tak memberi arah, tak memberi cahaya. Transparansi di sana lebih seperti hantu, sering disebut, tapi tak pernah terlihat. Akuntabilitas hanyalah jargon, bukan cermin.
Ini bukan kesalahan prosedur. Ini bukan kelalaian biasa. Ini adalah penghinaan terhadap perjalanan suci ummat. Ini adalah bentuk baru dari kemunafikan birokratik, berpakaian dinas, tapi berjiwa pedagang.
Maka kami tak sekadar kecewa. Kami marah, karena iman umat telah dijadikan komoditas oleh orang-orang bertampang melankolis tapi hatinya roker..
Jika langit masih punya belas kasih, semoga suara ini menggema hingga ke telinga Menteri Agama. Dan jika bumi tak mampu mengadili, semoga Tuhan langsung mencatat mereka yang memperdagangkan jalan ke surga.
Ditulis oleh: Habiburrahman