Bebaskan Biaya Parkir di Rumah Sakit: Jangan Bebankan Warga yang Sedang Sakit!
Oleh: Jero Togogk
Rumah sakit seharusnya menjadi tempat penyembuhan dan harapan bagi yang sakit, bukan sumber tambahan beban finansial. Ironisnya, di banyak rumah sakit pemerintah daerah, seperti RSUD PATUT PATUH PATJU Lombok Barat, pasien, penjenguk, dan pengantar harus membayar biaya parkir yang tidak murah. Padahal, orang-orang ini sudah dalam kondisi darurat: pasien berjuang melawan penyakit, keluarga menunggu dengan cemas, dan pengantar berusaha sekuat tenaga membawa mereka ke fasilitas kesehatan.
Mengapa lahan parkir di rumah sakit harus dibisniskan seperti mal atau pusat rekreasi?Ini bukan soal menolak pendapatan asli daerah (PAD), tapi prioritas yang salah. Jika daerah ingin mengejar PAD, carilah dari sektor seperti pariwisata, perbelanjaan, atau pusat rekreasi yang memang dirancang untuk keuntungan komersial. Jangan dari warga yang sedang sakit!
Bayangkan jika seorang ibu hamil yang kesakitan, atau korban kecelakaan yang dibawa tergesa-gesa—mereka sudah susah payah datang, malah ditagih parkir ribuan rupiah. Ini bukan membantu masyarakat, justru membebani yang paling rentan.
Pemerintah daerah harus segera bertindak: bebaskan biaya parkir untuk setiap pasien, penjenguk, dan pengantar di rumah sakit. Jadikan lahan parkir sebagai fasilitas pelayanan publik, bukan ladang bisnis.
Dengan begitu, rumah sakit benar-benar menjadi benteng kemanusiaan, bukan jebakan finansial. Sudah saataumnya kebpijakan ini diubah—untuk kemanusiaan, bukan untuk kantong!
Gerung, 27 Desember 2025
Opini: Jero Togogk

