Belum Selesai Dikerjakan Sudah Melengkung, Apeng: Saya Khawatir Jembatan Mujur-Sukaraja Ini Ambruk
Labulianews.id.Lombok Tengah, 18/12/2025 – Proyek jembatan penghubung Desa Mujur dan Desa Sukaraja Kecamatan Praya Timur Lombok Tengah, yang saat ini masih dalam proses pengerjaan, dikeluhkan warga.
Pasalnya, Struktur jembatan baja WF sepanjang 24 meter dan lebar 1,5 meter ini terlihat di bagian tengahnya sudah melengkung ke bawah hingga kurang lebih 15 cm dari posisi lurus, turunnya pengerjaan jembatan yang menelan anggaran RP 796 juta tersebut, terjadi sebelum di-PHO (Pemeriksaan Hasil Output).
"Saat dilewati, jembatan ini terasa melengkung kebawah dan bergetar, memicu kekhawatiran keselamatan pengguna" Kata Saparudin salah satu warga setempat ke media (17/12/2025)
Menurut papan informasi proyek, jembatan ini dikerjakan CV. Katik Untung sebagai pelaksana dan CV. Iklas Mandiri sebagai konsultan pengawas. Bersumber dari anggaran Operasional Seksi Pembangunan Kabupaten (Opsen PKB) 2025 senilai Rp.796 juta, proyek dimulai 4 Agustus 2025 dengan durasi 114 hari kerja. Hingga kini, pekerjaan belum selesai.
Belum PHO sudah melengkung, selain itu warga setempat ramai mengeluhkan kestabilan jembatan yang tak punya tiang penyangga tengah.
Atas hal itu, Apeng nama sapaannya, mendesak konsultan perencana menjelaskan kondisi teknis. "Jembatan belum di-PHO sudah turun kurang lebih 15 cm. Saya khawatir konstruksinya seperti ini, belum setahun nanti sudah rusak dan ambruk. Ini tidak kami inginkan, padahal anggarannya sangat pantastis," tegasnya.
Selain itu lanjut Apeng, pihaknya juga mempertanyakan masa panjangnya pemanfaatan jembatan ini. "Sekarang belum digunakan saja sudah melengkung dan satu orang yang lewat saja terasa getarannya. Bagaimana kalau dilewati warga lebih banyak, pasti getarannya semakin terasa," tanyanya.
"Masak kami selaku penerima manfaat harus mengantri melewati jembatan ini," tanyanya sembari menambahkan.
Apeng menambahkan, ketika bentangannya ditambah, semestinya abutmen dan pilarnya dihitung terlebih dahulu dengan baik agar tidak melendut. "Sempat kami dengar dari pemenang tender, katanya bentangannya di tambah dari 22 meter ke 24 meter, itu membuat jembatan ini melendut, menurut saya itu hanya alasan pembelaan dan tidak mau di salahkan, semestinya abutmen dan pilarnya harus dipikirkan kekuatannya, jangan berdalih membela diri, lihat fakta dilapangan," tegasnya
Atas pakta di lapangan, jika proyek ini diterima dan di sah kan hasilnya oleh PUPR Lombok Tengah, persoalan hasil pengerjaan pembangunan Jembatan penghubung Dua Desa ini, akan ia laporkan ke APH, biarlah nanti di APH bersama sama menguji kualitasnya.
"Mari kita pikirkan manfaat dari jembatan ini, jangan hanya pikirkan untungnya dan mengabaikan kualitas,"ujarnya.
Selain itu, sejarah perjuangan warga untuk bisa memiliki jembatan penghubung ini sangat panjang, dan sekarang ketika perjuangan warga sudah dipenuhi pemerintah, hasilnya mengecewakan padahal anggarannya sangat besar.
"Hargai perjuangan kami pak, waktu pak Wabup Loteng pulang kampung, warga ramai ramai meminta agar jembatan penghubung yang sebelumnya sudah ambruk, dibuatkan jembatan baru, dan alhamdulillah bapak Wabup mengabulkan, tapi apa hasilnya mengecewakan, padahal anggarannya sangat besar," kesalnya
Meski khawatir, warga tetap bersyukur proyek ini terealisasi setelah bertahun-tahun menjadi impian. "Kami sangat bersyukur jembatan ini dikerjakan. Namun, mohon sesuai kebutuhan warga dan spesifikasi teknis dan hargai perjuangan kami baru bisa mendapatkan bangunan ini," sambung Apeng.
"Kami sedang diskusikan solusinya seperti apa. Saya minta PPK untuk melakukan kajian menyeluruh, jika mungkin minta bantuan ahli dari perguruan tinggi," tulis Kepala PUPR Loteng H. Lalu Rahadian via WhatsApp nya. Rabu (17/12).
Ketika dikonfirmasi pada 14/12, kontraktor pelaksana menepis adanya masalah struktural. "Sesungguhnya tidak ada masalah. Yang bisa menjelaskan adalah konsultan perencana dan PPK," jawabnya singkat.
Sementara itu lendutan atau defleksi berlebih pada jembatan bentang panjang seperti ini berpotensi mengancam keselamatan ribuan pengguna harian, sesuai SNI 1725:2016. Dampaknya meliputi retak lantai beton, kerusakan sambungan ekspansi, dan pagar pengaman. Jembatan kehilangan camber (lengkung ke atas), sehingga tampak melengkung ke bawah dan bergetar saat dilewati.

